Senin, 02 Desember 2013

STUDI KASUS AGAMA DAN MASYARAKAT



Penelitian ini bertujuan untuk merekontruksi kerusuhan yang bernuansa SARA di Ambon, untuk dihimpun ke dalam sebuah monografi tentang kasus-kasus kerusuhan sosial, bagaimana bentuk-bentuk pola hubungan sosial pasca konflik. Latar belakang penelitian adalah kebutuhan untuk menjaga keutuhan bangsa dan Negara. Padahal konflik-konflik yang menggunakan simbol-simbol agama sangat berbahaya dan merusak kehidupan harmoni masyarakat yang telah terbentuk sekian lama. Dalam waktu 5 tahun terkahir sebelum kerusuhan banyak terdapat kejadian rawan sosial yang menelan banyak korban baik harta benda maupun jiwa. Peneliti ini semula berjudul “Konflik Sosial Bernuansa Agama di Berbagai Komunitas”. Setelah dilakukan pengkajian dokumentasi mengenai kerusuhan yang banyak terjadi, penelitian difokuskan kerusuhan yang terjadi di Ambon karena banyak menelan korban dan melibatka banyak etnis. Penelitian dilakukan dengan oendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada sejumlah tokoh kunci yang terlibat kerusuhan, para mediator, dan para tokoh perdam kerusuhan.
Pengamatan dilakukan paada lokasi-lokasi bekas kerusuhan dan obyek lain, studi dokumentasi dilakukan terhadap bahan-bahan yang diperoleh media massa, hasil-hasil kegiatan tentang kerusuhan-kerusuhan sosial yang telah disatukan berbagai pihak dan buku-buku teks. Hasil penelitian menunjukan bahwa kerusuhan Ambon semakin terdesaknya dan mengecilnya populasi umat Islam Ambon, yang sebelumnya mayoritas dan sejak penjajahan Belanda mendapat perlakuan istimewa. Kondisi tersebut membuat mereka marah kepada para pendatang, Bugis, Buton dan Makassar yang dianggap mendominasi ekonomi mereka. Peristiwa kerusuhan Ambon berkorbar pada Hari Raya Idul Fitri 19-24 Januri 1999, didahului beberapa peristiwa dari bulan nopember 1998. Pemicu kerusuhan adalah pertikaian antara supir angkot dan kernek di Terminal Batumerah. Pada saat perisitwa terjadi di kota Ambon terkonsentrasi massa besar yang tidak jelas siapa penggeraknya. Waktu itu terjadi pengusiran, penjarahan dan pembakaran rumah orang-orang islam. Namun, umat islam dan kristen saling menuduh tentang pihak yang memulai dan merencanakan kerusuhan.
Upaya penyelesaian konflik dilakukan pemerintah dan ABRI untuk mengklarifikasi isu-isu yang tidak bertanggung jawab tersebut ternyata tidak mampu meredam kekuatan dari mereka yang menginginkan agar kerusukan Ambon terus diperpanjang dan diperluas.
Penciptaan kondisi ini semakin menguat ketika ABRI telah dengan sengaja ikut menciptakan konflik yang berkepanjangan melalui penanganan pengendalian keamanan yang tidak professional dan terkesan bertendensi mengipas-ngipas agar kerusuhan di Ambon tak kunjung selesai.
Peran Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Militer serta Komponen bangsa lainnya yang ada di daerah melalui berbagai upaya rekonsilissasi untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai hanya bersifat “semu” belaka. Satu dan lain hal disebabkan karena tidak ada kemauan yang transparan dalam upaya menyelesaikan pertikaian, juga upaya rekonsilisasi lebih bersifat Top Down dan bukan Buttom Up.
Opini : konflik Ambon yang terjadi pada tahun 1999 dikarenakan oleh hal sepele yang sudah direncanakan oleh pihak-pihak profokator untuk menghancurkan kekuatan Ambon yang dalam masalah ini memakai masalah agama yaitu membuat pertikaian antara kaum muslim dan kaum kristiani.
dalam hal tersebut kepentingan politiklah yang dijalankan, karena ketakutan kekuatan Ambon yang kuat dan akhirnya memisahkan diri dari NKRI, kejadian ini adalah salah satu akibat dari kejadian 1998, karena Ambon di nilai juga sebagai basis gerakan reformasi.

STUDI KASUS ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN



Di negara Indonesia ini, banyak anak-anak yang terlantar karena orang tuanya yang tidak mampu membiayai anaknya untuk bersekolah. Sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan generasi yang tidak mengerti ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan inilah titik awal dari faktor-faktor kemiskinan karena pendidikan yang tidak tinggi dan ilmu yang kurang.
OPINI : menurut saya sebaiknya pemerintah setempat memikirkan hal-hal yang seperti ini dan menyediakan fasilitas pendidikan gratis bagi para anak-anak yang putus sekolah dan yang kurang mampu, sehingga mereka mendapatkan pendidikan maksimal guna menghadapi masa depan yang cemerlang. Dan pada hakikatnya kalau pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan berarti pemerintah secara tidak langsung memberantas kemiskinan yang ada di negara Indonesia.

CONTOH STUDI KASUS PERTENTANGAN DAN INTEGRASI MASYARAKAT



            Contoh kasus pertentangan sosial yang sedang terjadi di indonesia antara lain adalah kasus mesuji, yang diakibatkan tidak adanya penyelesaian masalah yang baik. Sehingga terjadinya persengketaan tanah anatara masyarakat dengan pihak lain.
 Contoh lain peristiwa tersebut di Bima, Nusa Tenggara Timur, terjadinya pertumpahan darah karena adanya perselisihan antara warga dengan perusahaan pertambangan yang akan membuka lahan pertambangan di wiliayah tersebut. Namun ditolak oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Agar tidak terjadi lagi kasus-kasus tersebut di indonesia, masyarakat indonesia harus menanamkan sikap dan kesediaan menenggang dan sikap terbuka golongan penguasa sehingga meniadakan kemungkinan diskriminasi.
OPINI : kasus diatas sering kali terjadi karena adanya sikap yang tidak terbuka antara golongan penguasa terhadap rakyat kecil sehingga sering kali terjadi kesalah pahaman antara satu dengan yang lain. maka dari itu , masyarakat indonesia harus menanamkan sikap dan kesediaan menenggang dan sikap terbuka golongan penguasa sehingga meniadakan kemungkinan diskriminasi.

STUDI KASUS MASYARAKAT PEDASAAN DAN PERKOTAAN



Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman.
Untuk memahami masyarakat pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdepensi, adanya norma-norma dan kebudayaan.
Masyarakat pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnya, seperti ada kolektifitas, petani individu, tuan tanah, buruh tani, nelayan, dan lain-lain.
Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem lainnya.
Contohnya dalam lapangan pekerjaan, sebagian besar masyarakat pedesaan lebih tertarik untuk mencari nafkah di kota, karena di kota lebih luas lapangan kerjanya dari pada di desa. Lain halnya masyarakat kota yang selalu memilih tempat liburan ketika ingin mendinginkan fikiran dan hati karena padatnya kehidupan di kota kebanyakan memilih berliburan di daerah - daerah pedesaan.

OPINI : masyarakat perkotaan secara tidak langsung membutuhkan adanya masyarakat pedesaan, begitu pula dengan sebaliknya, masyarakat pedesaan juga membutuhkan keberadaan masyarakat perkotaan. Meskipun keduanya memiliki perbedaan ciri-ciri dan aspek-aspek yang terdapat di dalam diri mereka. Keduanya memiliki aspek positif dan aspek negatif yang saling mempengaruhi keduanya dan saling berkesinambungan.

STUDI KASUS PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT



Studi kasus kali ini mungkin pengalaman pribadi saya dan mungkin juga ada di beberapa daerah di indonesia. Kejadian ini baru ketika saya duduk di kursi SMA. Di kelas saya, ada beberapa anak yang orang tuanya seorang pengusaha bisnis yang termasuk golong atas. Dia sangat lah sombong, karena dia orang kaya jadi dia merasa boleh melakukan apa saja yang dia inginkan. Bahkan dia tidak mau berteman dengan seorang anak di kelasnya yang termasuk golongan rendah. Melihat kejadian itu saya berpikir haruskah manusia di dunia ini dibeda-bedakan hanya karena sebuah materi belaka yang tidak akan bawa di hari penentuan nanti/hari akhir.
OPINI : menurut pendapat saya, derajat semua manusia itu sama. Berteman jangan hanya melihat dari kaya atau miskin saja. Tetapi dari ketulusan hati ingin berteman.