Pertentangan sosial di dalam masyarakat
merupakan salah satu konflik yang biasanya timbul dari berbagai faktor-faktor
sosial yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Pertentangan sosial ataupun
konflik adalah salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan dan tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat misalnya peluang
hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup. Berikut ini merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial :
1.
Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan sebenernya merupakan sifat naluriah
disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi
pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Maksudnya
adalah pendapat atau kepentingan sesorang yang berbeda dengan yang lainnya.
Terkadang bisa menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai aau
sebaliknya berakhir secara anarkis.
Namun jika dicermati, perbedaan kepentingan dapat disiasati dengan
saling bertoleransi dan meningkatkan solidaritas antar masyarakat agar bisa
tetap hidup berdampingan dalam suasana yang harmonis.
2.
Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka merupakan dasar pribadi seseorang yang setiap orang memilikinya,
sejak masih kecil unsur sikap bermusuhan sudah nampak. Prasangka selalu ada
pada mereka yang berfikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong
cendekiawan, sarjana, dan pemimpin atau negarawan. Prasangka dan diskriminasi
ini merupakan tindakan yang dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan
bahkan integrasi masyarakat. Dalam kaitan dengan dasar kebutuhan pribadi,
prasangka menunjukkan pada aspek sikap. Sedangkan untuk diskriminasi
menunjukkan pada aspek-aspek tindakan.
Menurut Gordon Allproc (1958) ada 5 pendekatan dalam
menentukan sebab terjadinya prasangka:
·
Pendekatan Historis
Didasarkan atas teori
Pertentangan Kelas yaitu menyalahkan kelas rendah yang imperior,
dimana mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk
berprasangka terhadap kelas rendah).
·
Pendekatan Sosio
Kultural dan Situasional
Meliputi mobilitas
sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi.
·
Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan
kepada faktor kepriadian sebagai penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
·
Pendekatan
Fenomenologis
Ditekankan bagaimana
individu memandang/mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang
menyebabkan prasangka.
·
Pendekatan Naive
Menyatakan bahwa
prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang
berprasangka.
3.
Ethnosentrisme dan
Stereotype
Etnosentrisme merupakan sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan
menggunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Dan diajarkan kepada anggota
kelompok secara sadar atau tidak, bersama-sama dengan nilai kebudayaan.
Sedangkan stereotype merupakan suatu tanggapan dan anggapan yang bersifat jelek dan tantangan mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya subjektif.
Sedangkan stereotype merupakan suatu tanggapan dan anggapan yang bersifat jelek dan tantangan mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya subjektif.
4.
Konflik dalam Kelompok
Konflik cenderung menimbulkan respon-respon
yang bernada ketakutan atau kebencian. Konflik dapat memberikan akibat yang
merusak terhadap diri seseorang, anggota kelompok. Konflik dapat mengakibatkan
kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok.
Ada 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik:
·
Terdapat 2 atau lebih
unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat konflik.
·
Unit tersebut
mempunyai perbedaan yang tajam (kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap dan
gagasan).
·
Terdapat interaksi
diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Adapun cara-cara memecahkan konflik :
1) Elimination : yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam
konflik yang diungkapkan dengan “kami mengalah”, “kami keluar”, “kami membentuk
kelompok kami sendiri”.
2) Subjugation/Domination : yaitu pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa pihak lain untuk mentaatinya.
3) Majority Rule : yaitu sura terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan
menetukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4) Minority Consent : yaitu kelompok mayoritas yang memenangkan, namun
kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat
untuk melakukan kegiatan bersama.
5) Compromise : yaitu semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6) Integration : yaitu pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak.
5.
Integrasi Masyarakat dan Nasional
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan
dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadapa
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap memperthankan kebudayaan
mereka masing-masing.
a) Bentuk Integrasi Sosial
·
Asimilasi yaitu
pembauran kebudayaan yang disertai dengan ciri khas kebudayaan asli.
·
Akulturasi yaitu
penerimaan sebagai unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
b) Faktor-faktor terjadinya masalah sosial
1) Faktor Internal
·
Kesadaran diri sebagai
makhluk sosial.
·
Tuntutan kebutuhan.
·
Jiwa dan semangat
gotong royong.
2) Faktor External
·
Tuntutan perkembangan
zaman.
·
Persamaan kebudayaan.
·
Terbukanya kesempatan
berpartisipasi dalam kehidupan bersama.
·
Persamaan visi, misis,
dan tujuan.
·
Sikap toleransi.
·
Adanya kosensus nilai.
·
Adanya tantangan dari
luar.
c) Syarat berhasilnya Integrasi Nasional
·
Untuk meningkatkan
Integrasi Sosial, maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
·
Tiap warga masyarakat
merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
Integrasi Nasional
Adalah kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi Nasional akan lahir jika Integrasi Sosial dalam masyarakat
berjalan dengan baik. Kesempurnaan dalam Integrsi Sosial sebuah masyarakat akan
membentuk kekuatan suatu bangsa. Perbedaan pendapat, keyakinan, suku, ras, dan
budaya dapat diatasi dengan tingginya solidaritas dan tenggang rasa antar
masyarakat. Sudah barang tentu integrasi nasional akan terbentuk dengan
sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar